Wabah penyakit bukan cuma sekali ini mampir di muka bumi, beberapa wabah mulai beberapa abad lalu memang sudah menjadi sebuah perulangan, misal Wabah bubonic. Dibalik wabah itu tersimpan kisah dari Sir Isaac Newton. Seorang ilmuan di bidang Fisika Matematika yang terkenal dengan teori Gravitasi. Penemuan cerdas dari Newton sangat berperan penting untuk perubahan dunia. Hukum Newton dan teori gravitasi bumi masih digunakan hingga saat ini dalam berbagai bidang.
Newton disebut sebagai bapak Fisika klasik, memiliki gelar sebagai Profesor Lucasian dari Universitas Cambridge, Inggris. Gelar ini secara resmi didirikan oleh King Charles II di tahun 1664. Hanya orang terhebat dan tergenius di jamannya yang dapat menduduki jabatan itu. Dari tahun 1664 hingga kini, 19 orang tercatat bergelar Profesor Lucasian termasuk Stephen Hawking.
Karya Newton yang berjudul Philosophiae Naturalis Principia Mathematica diterbitkan tahun 1687 dianggap sebagai buku paling berpengaruh sepanjang sejarah Sains. Selama tiga abad karya Newton mendominasi pandangan sains mengenai alam semesta. Karya Newton ini berhasil menghilangkan keraguan tentang heliosentrisme dan memajukan sebuah revolusi ilmiah pada masa itu.Siapa sangka, beberapa penemuan yang dikemukakan Newton mengantarkan ia memperoleh gelar Profesor Lucasian. Salah satunya teori Gravitasi, didapat saat ia sedang melakukan isolasi diri di rumah pedesaan karena wabah bubonic itu. History Hustle menulisakan di tahun 1665-1666 Inggris mengalami kejadian yang dikenal dengan”Great Plague of London”Suatu wabah bubonic yang disebabkan bakteri Yersinia pestis menyebabkan kota London lumpuh. Wabah di London berlangsung selama 18 bulan dan membunuh sekitar 100 ribu manusia. Sebuah masa yang tragis, Saat itu suram bagi Inggris khususnya London, dokter dan rumah sakit tidak sanggup menanggulangi wabah. Masyarakat dibiarkan dan keluarga kerajaan mengungsi ke Oxford. Newton yang saat itu masih berusia 20-an, dan hanya mahasiswa di Trinity College, Cambridge juga harus pulang ke rumahnya di Woolsthorpe Manor dan menjalani karantina karena London di Lock down dan kampus Cambridge ditutup sementara.
Kisah Newton ditulis di Memoirs of Sir Isaac Newton’s Life karya William Stukeley, meski ada beberapa versi cerita di sumber lain. Newton bukanlah mahasiswa yang menonjol dikampusnya. Dia tidak pernah menciptakan suatu yang istimewa. Namun saat terpaksa harus bekerja di rumah tanpa bimbingan Profesornya, ia malah menghasilkan beberapa teori, tahun itu disebut sebagai tahun keajaiban (annus mirabilus). Diriwayatkan, hal pertama yang dilakukan Newton saat karantina di rumahnya adalah mengerjakan PR matematika yang belum selesai karena terbentur wabah bubonic. Ketika PR matematikanya (saat ini dikenal dengan kalkulus) telah selesai namun belum ada instruksi kembali ke kampus, Newton mencoba bereksperimen menggunakan beberapa prisma di kamarnya. Berawal dari coba-coba hingga dia membuat lubang di dinding jendela agar seberkas cahaya menembus, disitulah teori optik muncul.
Suatu ketika Newton melihat pohon apel di sekitar rumahnya dan bertanya “mengapa apel itu harus selalu turun (jatuh) secara tegak lurus ke tanah? Atau mengapa apel itu tidak pergi kesamping, atau ke atas? Tetapi terus menerus ke pusat bumi?” alsannya adalah bumi menariknya. Disitulah teori gravitasi muncul. Ia menyadari dan membuktikan pula dibalik jatuhnya apel, terjadi hal pada bulan yang mengorbit bumi, dan bumi serta planet lain yang mengorbit matahari. Gaya itu disebut gravitasi universal oleh Newton. Teori ini memperkuat konsep Heliosentris.Newton terus mengumpulkan teori serta penemuan hasil percobaannya tentang kalkulus, gravitasi, optik dan perilaku cahaya di rumahnya. Setelah wabah mereda, Newton kembali ke kampus di Cambridge dengan teori-teori yang ditemukannya. Peristiwa berlangsung cepat,Newton berhasil menjadi anggota Trinity College, dan memperoleh gelar M.A. Dia diangkat sebagai Profesor Lucasian di usia 26 tahun. Sejak saat itu Newton terus melahirkan karya hingga dia diberi gelar “Sir” oleh Inggris sebagai penghormatan atas jasanya terhadap ilmu pengetahuan.
Tiga bulan sudah kita menjalani work form home bagi pekerja atau learn from home bagi murid. Namun nyatanya masih belum ada penurunan kasus penyebaran Covid-19. Padahal mulanya kebijakan ini dimaksudkan untuk menekan agar jumlah orang sakit terpapar Covid-19 tidak bersamaan dalam jumlah besar. Karena keterbatasan jumlah tenaga medis dan fasilitas rumah sakit. Namun tampaknya usaha pemerintah ini tidak sejalan dengan masyarakat, walau tidak semua tentunya. Alasannya bermacam dan beberapa ingin dianggap benar. Belajar dari Newton dan ketiga hukumnya, kita mengenal hukum aksi reaksi. Tiap tindakan pasti akan menghasilkan suatu reaksi. Reaksi yang kita dapatkan sebanding dengan aksi yang kita lakukan. Dihubungkan dengan keadaan saat ini, sudahkah kita melakukan sebuah aksi untuk mendukung upaya pencegahan covid -19?. Selama anda di rumah hal apa yang anda lakukan? Nampaknya semua itu menjadi pertanyaan besar untuk diri kita masing-masing. Tidak ada yang bisa menjawab selain kita sendiri.
Dan kini era “New Normal” sudah mulai digaungkan, sebuah frasa halus dari upaya herd imunity, atau jika kata orang jawa “sing slamet kuwi sing kuat imune”. Masa pertaruhan selayaknya seleksi alam akhirnya mungkin akan tiba. Tinggal menunggu siapa yang kuat di yang selamat. Satu lagi muncul pertanyaan, sudahkah anda mempersiapkan diri menyambut era tatanan kehidupan baru ini?. Sama seperti sebuah era baru dalam dunia Fisika modern bahwa tak ada kepastian layaknya prinsip kuantum. Hal sederhana yang bisa kita lakukan untuk menghadapi era baru ini hanyalah dengan menjaga diri kita. Pertama memakai masker, sering cuci tangan, tetap jaga jarak, olahraga dan menjaga asupan gizi agar imun terjaga. Semoga kita dalam lindungan Allah SWT dan sanggup melewati wabah ini. Dan semoga masih ada kisah indah yang bisa dibagi setelah wabah ini mereda nanti, sebagaimana kisah keberhasilan Newton. Tetap semangat dan jangan menyerah menghadapi wabah ini.